Nasionalisme dan Sukses Etnis Cina Mengapa Sering Dipertanyakan?

Sumber : http://www.nabilfoundation.org/artikel/3/etnik-tionghoa-dan-nation-building-di-era-reformasi
hnabilfoundation.org/artikel/3/etnik-tionghoa-dan-nation-building-di-era-reformasi

Berdasarkan polemik yang timbul dalam salah satu blog “SITUS BUDAYA TIONGHOA” pada sebuah tulisan yang berjudul ” Akar Masalah Sentimen Anti Cina dan Nasionalisme” menarik penulis mengkaji dari sisi lain tentang warna atmosfir nasionalisme etnis cina (Tionghoa) pada tulisan ini. Mari langusng saja kita kupas secara obyektif apa sih sebenarnya yang terjadi?

Faktor kecemburuan sosial dan   faktor  persaingan di kalangan menengah ke bawah sering jadi pemicu sentimen dan menimbulkan pertanyaan mengapa orang Cina rata-rata sukses  menguasai perekonomian Indonesia dan  selangkah  lebih maju dalam megelola bisnis di tanah air, lalu  mengaitkannya dengan masalah nasionalisme mereka.

Di sisi lain,  kita dapat melihat orang Cina menguasai perekonomian. Lihat saja dengan kasat mata, mulai dari pemilik pabrik berskala dunia, perkebunan, perbankan, perhotelan, Telekomunikasi, Otomotif hingga tempat hiburan dan  Layanan Transportasi (darat, Laut dan Udara) bahkan pedagang warung kopi di kaki lima di kota besar pun banyak dikuasai oleh warga keturunan Cina.

Apa yang dilakukan oleh warga keturunan Cina sehingga mampu menguasai perekonomian di Indonesia? Apakah etnis  Cina melakukan KKN dan tidak mengutamakan profesionalisme? Ataukah karena etnis Cina secara kebetulan adalah titisan kaum pedagang dari jaman peradaban Cina  pada masa Dinasti Ming ( míngcháo / 明朝  1368 – 1644) hingga Presiden Hu Jiantao? Mari kita simak beberapa  catatan penting  berikut ini.

Prinsip dasar dalam Bisnis.

Di dalam berbisnis banyak terdapat teori-teori yang memberi penjelasan bagaimana berbisnis. Banyak teori-teori yang memberikan tatacara mengelola berbagai bisnis. Akan tetapi, tahukah Anda bahwa sebenarnya hanya ada satu kata dalam berbisnis?  Kata itu mewakili seluruh teori dan pendapat tentang berbisnis. Satu kata yang sangat singkat itu adalah : MANAJEMEN..!

Di dalam manaejemen inilah terdapat beberapa prinsip dasar yang amat penting untuk ditegakkan sehingga mampu membedakan satu unit perusahaan dengan perusahaan atau bisnis lainnya. Dari sini juga mampu membedakan usaha yang dikelola oleh  warga Cina dengan warga Indonesia lainnya (sebagian besar). Perbedaan itu terletak pada beberapa prinsip dasar manajemen sebagai berikut :

  1. Pembagian kerja (Division of work)
  2. Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
  3. Disiplin (Discipline)
  4. Kesatuan perintah (Unity of command)
  5. Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
  6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
  7. Penggajian pegawai
  8. Pemusatan (Centralization)
  9. Hirarki (tingkatan)
  10. Ketertiban (Order)
  11. Keadilan dan kejujuran
  12. Stabilitas kondisi karyawan
  13. Prakarsa (Inisiative)
  14. Semangat kesatuan, semangat korps

Inilah 14 kata kunci yang membedakan usaha yang dikelola oleh orang Cina dibanding dengan Pribumi. Perhatikan baik-baik secara seksama dan teliti  poin demi poin prinsip manejemen di atas. Ambillah salah satu contohnya, misalnya dalam hal Disiplin (N0.3, ditebalkan).Dapatkah kita rasakan perbedaan mendasar dalam masalah disiplin etnis Cina pada umumnya dalam bekerja, bandingkan dengan tingkat toleransi yang tinggi pada perusahaan atau unit bisnis pribumi pada umumnya (pengecualian, tentu saja ada yang sama hebatnyared).

Kita tidak mungkin akan mengungkapkan satu per satu poin di atas karena pasti akan menyita halaman  tulisan ini menjadi akan sangat panjang, Anda dapat menimbang satu persatu poin demi poin di atas.

Jika hal di atas telah dapat diterima dengan benar, apakah masih ada pemikiran bahwa orang Cina sukses karena KKN? Dan untuk mencapai sukses tersebut orang Cina melakukan segala cara dan berimplikasi kepada timbulnya masalah lemahnya semangat Nasionalismenya? Atau…. nasionalisme itu hanya karena sebatas kepentingan bisnis semata?

Jawabannya sekali lagi  adalah TENTU TIDAK semuanya seperti itu. Mayoritas orang Cina memang tetap memiliki nasionalisme terhadap negara Indonesia dengan jujur dan sempurna. Apakah kita perlu mengambil bukti semua orang Cina sejauh apa nasionalismenya? Ini juga tentu “TIDAK MUNGKIN”  jawabannya. Akan tetapi bisa kita simak perjalanan kisah panjang mereka di tanah air secara singkat berikut ini.

Bukti Nasionalisme etnis keturunan Cina.

Zaman Pra Kemerdekaan dan VOC, puluhan ribu orang Cina ternyata memang menjadi korban kekejaman VOC dan Belanda. Khususnya saat  bersama Pangeran Adipati Cakraningrat IV di pesisir utara Jawa Tengah/Jawa Timur melawan Belanda.

Pada masa Orde Lama (zaman Presiden Soekarno) banyak warga keturunan Cina yang ikut serta dalam percaturan politik Indonesia pada masa itu, misalnya  seperti yang diringkas dari tulisan  dengan judul Badan Koordinasi Masalah Cina  di  (http://web.budaya-tionghoa.net/home/794-akar-masalah-sentimen-anti-cina-?)

Pada kabinet Sjahrir ke-2: Mr.Tan Po Gwan diangkat menjadi Menteri Negara Urusan Tionghoa.

Ketika Amir Sjarifoeddin membentuk kabinetnya:  Siauw Giok Tjhan diangkat menjadi Menteri Negara yang mewakili etnis Tionghoa dan Dr.Ong Eng Die dari PNI sebagai Wakil Menteri Keuangan.

Dalam perundingan di kapal USS- Renville di Teluk Jakarta :  Dr.Tjoa Siek In ditunjuk menjadi anggota delegasi.

Dalam Konperensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag : Dr.Sim Kie Ay diikutsertakan oleh Drs.Moh.Hatta sebagai anggota dan penasihat delegasi RI. Sebagai hasil KMB dibentuk pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS) dan pada tanggal 15 Pebruari 1950 dibentuk parlemen.

Di masa Demokrasi Parlementer : (1950-1959), delapan orang etnis Tionghoa menjadi anggota DPRS yaitu : Siauw Giok Tjhan, Tan Boen Aan, Tan Po Gwan, Teng Tjin Leng, Tjoa Sie Hwie, Tjoeng Lin Sen (pada bulan Agustus 1954 diganti Tio Kang Soen), Tjung Tin Jan dan Yap Tjwan Bing (pada bulan Agustus 1954 diganti Tony Wen alias Boen Kim To).

Pada masa orde baru, meskipun sebagian pengusaha Cina mendapat perlakuan istimewa oleh Presiden Soeharto, akan tetapi pergerakan etnis keturunan Cina ternyata diawasi ketat. Hal ini dapat dilihat dari adanya sebuah lembaga yang dibentuk oleh BAKIN pada waktu itu yaitu Badan Koordinasi Masalah Cina (BKMC).

Barulah pada masa pemerintahan KH Abdurrahman Wahid warga atau etnis keturunan Cina ini mulai bernapas lega secara keseluruhan. Pada masa inilah secara lambat namun pasti warga Cina mulai memperlihatkan eksistensinya secara dominan dan ekpansif dalam bidang bisnis dan perekonomian khususnya. Kita juga sudah mulai mengenal beberapa kebudayaan dan kebiasaan dalam masyarakat keturunan Cina dalam beberapa hal, mialnya Imlek, Barongsai dan sebagainya.

Dan masih banyak lagi yang lainnya. Termasuk dalam bidang olahraga yang mengharumkan nama bangsa dan negara Indoensia dalam kancah regional dan internasional, misalnya bulu tangkis dan wushu dan lainnya kebanyakan juga dari warga Indonesia  keturunan Cina.

Anti Klimaks Nasionalisme  Generasi Milenium Keturunan Cina.

Meskipun sejarah dan fakta di atas memperlihatkan memang benar warga keturunan Cina telah mampu hidup berdampingan dan berbaur dengan pribumi pada masa pra kemerdekaan dan ikut andil dalam mengisi masa awal kemerdekaan dengan optimal lalu mengalami tekanan pada masa Presiden Soeharto pada beberapa bidang.

Barulah  pada masa presiden Gus Dur waraga kerurunan Cina menjelma menjadi sebuah warga yang sempurna dan setara dalam bernegara.

Akan tetapi  tak dapat diungkiri memang ada sedikit  gangguan yang diakbatkan oleh adanya temuan-temuan BEBERAPA atau SEGELINTIR pelaku-pelaku tindakan kejahatan kriminal baik yang berkerah putih maupun “berkerah kotor” pelakunya adalah warga keturunan Cina.

Percaya atau tidak, beberapa kalangan dari generasi milenium keturunan Cina saat ini sedikit tidaknya telah mencoreng jati diri dan sejarah heroik dan hebat  yang  pernah ditorehkan oleh para pendahulu mereka dalam mengisi masa suka duka bersama seluruh bangsa Indonesia dari masa penjajahan hingga saat ini.

Pelaku  kejahatan bidang perekonomian dan bisnis  inilah sebetulnya yang disorot oleh warga kelas menengah pada umumnya, jadi bukan karena kebencian dan iri karena kalah kuat dalam daya saing di bidang bisnis dan perekonomian. Meskipun ungakapan ini  juga kurang tepat (karena  pelaku kejahatan kriminal  oleh pribumi jumlahnya lebih banyak-Red) namun kita tidak berkutat pada maalah jumlah itu, karena yang menjadi sorotan oleh kalangan menengah ke bawah adalah karena masalah pelaku kejahatan keturunan Cina memang cenderung meningkat.

Selain itu, masalah berbaur, masalah berteman, masalah overacting dan masalah empati sebagaimana yang disampaikan oleh DR. Wong Chin Na, SE,Ak,MBA pada kajiannya dalam tulisannya, memang harus diperbaiki dan dibenahi oleh generasi milinium keturunan Cina pada saat ini.

Itulah sebabnya timbul stigma dan pemikiran dari sebagian warga Indonesia memiliki pandangan seolah-olah etnis keturunan Cina dipertanyakan Nasionalismenya. Padahal masih banyak etnis Cina yang masih mampu berbuat lebih baik dan bermanfaat dalam meningkatkan perekonomian kita. Meskipun kondisi dan taraf perekonomian nasional kita seperti saat ini, itulah realita dan faktanya. Dan itu semua mayoritas dikelola oleh Warga Indonesia Keturunan Cina, dengan profesional, mengacu kepada prinsip binis dan prinsip Manejemn, bukan karena feng shui semata atau malah KKN.

Keberhasilan dan kesuksesan etnis keturunan Cina menguasai perekonomian dan bisnis karena kerjakeras dan lebih profesional menjalankan prinsip umum Manajemen seperti di atas. Itulah yang dilakukan oleh etnis keturunan Cina, artinya  mereka bangsa Indonesia juga, bukan?…

Salam AGI

Terimakasih berkenan memberi komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.