Kurdi Suriah Over Dosis Percaya Diri dan Tipuan AS

Gambar lihat sesuai dengan abjad. A, B, C dan D. Dok. Abanggeutanyo

Malang benar nasib Kurdi Suriah saat ini. Ketika rasa percaya diri dan semangat tempur sedang menyala meluap harus kandas kembali meski untuk sementara. Sukses ofensif hebat dan mengagumkan ke pinggiran ibukota Raqqa akhir Juli lalu kepakan sayap Pasukan Demokrasi Suriah atau The Syrian Democratic Forces (SDF) dan Tentara Pertahanan Kurdi  atau The People’s Protection Units (YPG) makin berkelebat lebih membahana setelah sepenuhnya mengusir ISIS dari pusat kota Manbij dan sekitarnya pada 12 Agustus 2016 lalu.

Setelah itu dengan gegap gempita SDF merebut ibu kota provinsi Al-Hasakah dari tentara Suriah membuat pasukan pemerintah Suriah (SAA) dan milisinya tak berdaya betekuk lutut di dalam negeri sendiri dalam petempuran lima hari melawan kekuatan gabungan SDF/YPG/ Polisi khusus Rojava atau Asayish Force .

Selain itu salah satu pimpinan kelompok organisasi Kurdi urki akni Partai Pekerja Turki atau the Kurdistan Workers’ Party (PKK) juga ditahan oleh penguasa Partai oposis Kurdi di Suriah atau The Democratic Union Party (PYD) di Qamishli sehingga menuai protes beberapa waga Kurdi di Qamishli.

Belum selesai. satuan eliite SDF/YPG di Jarablus Military Council dari kelompok Jaysh al-Thwar dan Seljuk Brigade telah siap siaga merebut kota Al-Baab terpaut 50 Km dari kota Manbij atau 25 Km dari posisi terluar SDF / YPG di kawasan Manbij ke arah kota Al-Baab. Dan lebih hebat adalah semangat menggabungkan kawasan Rojava dari barat ke timur sejajar perbatasan Turki dapat membahayakan kelompok pemberontak dalam payung Tentara Pembebasan Suriah atau Free Syrian Army (FSA). Eforia keberhasilan dan semangat tanpa batas itu kini jadi bumerang dan anti klimaks langkah SDF/YPG meski untuk sementara waktu.

Melihat pekembangan SDF/YPG demikian pesat timbul lagi siasat menggagalkan rencana mewujudkan impian Federal Kurdi Suriah atau Rojava dengan ibukota Qamishli sebuah kawasan masih dikuasai oleh pasukan pemerintah Suriah (SAA) dan menunggu nasib seperti dialami rekan mereka saat mempertahankan kota Al-Hasakah.

Untuk sementara Kurdi Suriah melalui tentara mereka SDF terpaksa menunda kesempatan mulai telah terlihat itu. Kini apa  yang dialami SDF adalah sebuah anti klimak buah pesekongkolan AS dan Turki memanfaatkan “keluguan” atau kepolosan pucuk pimpinan Kurdi Suriah PYD menerima atau dipaksa menerima tawaran kerjasama AS.

Entah pemimpin Kurdi Suriah tidak paham dengan isis dalam mukaddimah pejanjian kejasama SDF dan AS dalam memerangi ISIS ataukah memang SDF/YPG dibutuhkan untuk mengeliminir potensi risiko ditanggung pasukan koalisi AS jika terlibat langsung melawan ISIS di kota dan kawasan Manbij di bagian barat Sungai Eufrat dan kawasan ISIS lainnya di Suriah.

Jika sebelumnya kita jarang terdengar kabar jatuhnya korban jiwa dalam jumlah besar dipihak SDF, tapi kondisi dalam sepekan terakhir sangat berubah. Selain korban jiwa meningkat,  kawasan FSA/YPG pernah direbut susah payah dari ISIS mulai dikuasai FSA dan pasukan Turki kembali. Bahkan ISIS sendiri pun mulai merebut kembali kawasan meeka dari SDF seperti tejadi di desa Tal Hudhan dekat kota Manbij kemarin 28/8/2016.

Kota Jarablus sebuah kantong penting Turki di Suriah bejarak sekitar 5 km saja dari perbatasan Turki bependuduk hampir dua ratusan ribu jiwa dan dikuasai ISIS itu telah siap siaga menghadapi gempuran SDF/YPG seminggu lalu. Namun apa daya Turki menyiapkan operasi khusus bertajuk Jarablus Offensive sejak 24 August 2016 lalu.

Ofensif menyandang sandi “Operation Euphrates Shield” itu berkekuatan 80 unit MBT, Kemudian ada 20 unit kendaraan pengangkut armoured personnel carrier (APC), dua puluhan T-155 Fırtın Howitzer belasan peluncur roket artileri dan lima unit drone bersenjata. Tentara Turki terlibat tak kurang 1000 personil Operasi  ini didukung oleh 5000 lebih kelompok FSA.

Ofensif Turki juga didukung sejumlah pesawat tempur F-16 Turki di sekitar Jarabulus membombadir posisi SDF/PG ang mereka sebut sebagai teroris.  Selama 6 hari pertempuran korban pun berjatuhan. Dipihak SDF/YPG tak kurang 100 orang tewas di sekitar fron luar kota Jarabulus. “More than 100 terrorists were killed during the Jarabulus-bound march,” tulis sumber berita online milik Turki: yenisafak.com. Sementara korban di pihak Turki 3 pasukan tewas dan 2 tank hancur.

Kota Jarabulus tak behasil direbut SDF dari ISIS karena dikuasai lebih dahulu oleh pasukan Turki dan FSA. Kelompok ISIS tak mampu menghadang laju serangan gencar Turki dan FSA membuat ISIS harus lari atau mundur dari kawasan itu.

Sejumlah kelompok FSA menyatakan mereka tidak akan behenti di Jarabulus saja melainkan akan sampai ke Manbij hingga seluruh kawasan barat sungai Eufrat dibebaskan dari SDF/YPG.

Ilustrasi  di sebelah ini adalah empat strategi Turki/FSA melumpuhkan Kurdi Suriah yaitu : (1). Menghubungkan wilayah FSA saat ini Ayyash dan Karsanil dengan Turaikham (baru direbut Turki dari ISIS); (2). FSA ekspansi ke kota Al-Baab untuk memperlebar dan memperkuat koridor logistik FSA-Turki; (3). FSA -Turki merebut kota Manbij dan  (4). FSA Turki ekspansi ke Kobane

Sejauh apa kejujuran AS bekerjasama dengan Kurdi Suriah (PYD)

Atas dasar kondisi dialami SDF/YPG saat ini dan empat prakiraan disebutkan di atas tak salah timbul dugaan tentang sikap tidak terbuka AS terhadap SDF dan YPG atau Kurdi Suriah. Satu sisi AS bersekutu dengan Turki dalam NATO  dan mendukung FSA dengan membuat aliansi terpercaaya The New Syrian Army (NSA) atau NSyA. Di sisi lain AS juga membuat koalisi dengan Kurdi Suriah membentuk SDF (The Syrian Democratic Forces). Bukankah hal ini sebuah tanda serius harus diperhitungkan dari awal terutama oleh SDF/YPG?

AS nyata-nyata pernah membela SDF ketika mengancam akan menembak jatuh pesawat Suriah jika menyerang SDF/YPG dan Asayish forces saat pembebasan kota Al-Hasakah berlangsung dua pekan lalu. Pejabat militer AS bahkan melarang SDF/YPG dan Asayish forces melakukan kontak negosiasi dengan Rusia sebut salah satu juru bicara militer SDF beberapa waktu lalu. Tapi kini beda, mengapa pada posisi di Jarabulus AS tidak membela SDF/YPG dan sebalinya tidak memberi warning pada Turki?

Awalnya AS tidak melarang SDF/YPG ekspansi ke arah Al-Baab untuk tujuan penyatuan Rojava, namun tiba-tiba Wapres AS Joe Biden meminta SDF/YPG mundur dari kawasan timur sungai Eufrat (berarti termasuk juga kawasan kota Manbij) dan membatalkan merebut Jarabulus. AS mengancam akan menghentikan dukungan pada SDF/YPG jika tidak patuh pada permintaan tersebut.

Kurdish forces “must move back across the Euphrates River,” sebut tuan Biden. “They cannot, will not, under any circumstance get American support if they do not keep that commitment.” ujarnya. Sumber : rudaw.net pada 24 Agustus lalu. Ironis sekali, mengapa pilihan itu tidak ada saat SDF menghadapi SAA dalam pembebasan kota Al-Hasakah?

Posisi SDF/YPG pada awal ofensif Turki masih jauh ke kota Jarabulus atau sekitar 10 km lagi ke kota itu tapi tetap menjadi sasaran Turki hingga dipaksa meundur kembali ke kawasan Manbij. Menurut perkiraan posisi di Manbij ini pun tidak akan aman karena Turki dan FSA akan mengejar sampai keluar dari kawasan timur sungai Eufrat. Ironis sekali, mengapa sikap AS pada SDF/YPG dan Asayish forces tidak ada berlaku seperti  ketika menghadapi SAA dalam pembebasan kota Al-Hasakah?

Seperti apakah sesungguhnya bentuk komitmen tertuang dalam kejasama antara PYD dengan AS seperti diutarakan Biden di atas? Tidak jelas tentang ini. AS kerap memberi apresiasi pada SDF/PG dengan perhatian serius bahwa SDF/YPG adalah satuan tempur paling kuat dan tangguh untuk melawan ISIS. Beberapa satuan komando AS dengan gagah berani masuk ke kubu SDF memberi bantuan dan pelatihan bikin Turki cemburu dan marah seperti kebakaran jenggot.

Kenyataannya memang ISIS dapat diusir dari Manbij dan posisi ISIS di kawasan Provinsi Raqqa lebih tertekan ke dalam. Akan tetapi apakah kerjasama AS itu sebatas perang melawan ISIS untuk kawasan itu saja ataukah membantu perjuangan SDF secara politis dan militer secara keseluruhan sebagai imbalannya?

Beberapa pengamat termasuk politisi PYD kini -mungkin- mulai sadar posisi mereka tak lebih sebagai kuda tunggangan AS bertempur melawan ISIS. Mungkin lain lagi dalam pandangan dari sisi AS. Sikap anti klimaks dialami SDF/YPG itu adalah akibat terlalu percaya diri sehingga meremehkan dampaknya terhadap lawan dan kepentingan kawan.

Dalam pandangan Arab mungkin saja ada semacam penilaian minor bahwa SDF/YPG mengambil keuntungan saat kondisi lawan terjepit oleh faktor lain seperti dialami SAA di Al-Hasaqah dan PKK di Qamishli. Saat itu SAA sedang berjibaku mati-matian menghadapi FSA di Aleppo dan ISIS di Deir Ezzor dan lain – lain tempat YPG mengambil keuntungan tanpa ampun. Padahal sikap SAA terhadap SDF/YPG kontras sekali dengan menunda fron baru dengan SDF/YPG karena sedang fokus pada fron lebih utama melawan ISIS dan FSA meski SDF mengambil keuntungan.

Dalam pandangan pengamat sejarah sikap SDF/YPG adalah bentuk baru egoisme klasik Kurdi Suriah terhadap pemerintah berkuasa. Pada masa PD-1 dan 2 Turki dan Suriah pernah merasakan apa yang mereka sebut sebagai pengkhianatan Kurdi Suriah dalam perang melawan musuh-musuh masing-masing.

Dalam pandangan barat “kutukan” tehadap Kurdi masih dipertahankan. Entah itu sebagai bentuk tidak nyata hukuman abadi Eropa menistakan Kurdi dengan sosok pejuang legendaris Sultan Saladin atau Salahuddin al-Ayyubi “singa padang pasir” paling masyhur dan menggetarkan kawan dan lawan pada masa perang Salib ratusan tahun silam. Kondisi Kurdi saat ini menjadi semacam taktik Eropa memperlihatkan pada dunia betapa malangnya sebuah negeri pernah meraih kejaaan gemilang pada masa perang Salib dahulu.

Dan ini juga sebuah kemungkinan dalam pandangan Pan Arabia terhadap Kurdi. Tidak ada tempat merdeka untuk Kurdi Suriah di mata Pan Arabia. Boleh medeka untuk FSA tapi tidak untuk Kurdi, mungkin begitu semangat pan Arabia menyikapi siasat Kurdi sekaligus memberi pesan  bahwa semangat Kurdi tak akan membuahkan hasil JIKA tidak mampu merangkul kekuatan besar dunia terutama merangkul kekuatan geopolitik di kawasan timur tengah.

Tak heran ofensif Turki ke Suriah tidak terlalu dirisaukan rezim Assad meski mengoyak negerinya sendiri. Kritik dilontarkan pemerintah Suriah pun tergolong normaitf berupa penyesalan pada Turki tidak ada koodinasi dengan Suriah.

Sesungguhnya Turki telah berkoordinasi dengan Suriah melalui Rusia. Dalam lawatan terakhiir Erdogan bertemu Putin di  Moskow pertengahan Agustus lalu tak tertutup kemungkinan Erdogan telah membicrakan rencana taktis Turki menghentikan gelora Kurdi (termasuk Kurdi Suriah) memanfaatkan moementum krisis Suriah meraih kemerdekaan. Di sisi lain momentum itu tinggal menunggu waktu jika upaya menggabungkan Rojava antara Manbij di barat dengan Tall Rifat di timur kini hanya terpaut 45 km terealisir. Tapi apa daya SDF/YPG dipaksa mundur hingga ke Sarrin bagian barat sungai Eufrat banyak meninggalkan korban jiwa  dan luka serius.

Kurdi Suriah mungkin harus putar strategi dengan taktik baru guna menyatukan Kurdi Suriah dari provinsi Al-Hasaqah ke arah povinsi Raqqa meliputi Kurdi timur hingga ke kawasan ibukota Al-Raqqa. Untuk itu SDF/YPG akan diminta AS -sekali lagi- harus mampu menaklukan ganasnya ISIS dalam rencana peta baru jika tetap ingin mendapat dukungan AS demi mewujudkan impian merdeka pada 2017.

Sayangnya saat ini nasib baik belum berpihak pada Kurdi Suriah. Faktanya, dalam kerjasama dengan AS status SDF/YPG mirip kata pepatah lama “Habis manis sepah dibuang..”  

Salam AGI

Terimakasih berkenan memberi komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.